Kajian Tafsir al-Qur’an Surah al-Fiil

surat al fiil
بسم الله الرحمن الرحيم
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ (2) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3) تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ (4) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (5)
1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?
2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?
3. dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong,
4. yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,
5. lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).


Surah Al-Fil merupakan surah
Ini merupakan salah satu dari nikmat yang dengannya Allah menguji kaum Qurays. Yaitu berupa penghindaran mereka dari kaum gajah yang telah bertekad bulat untuk menghancurkan Ka’bah serta menghilangkan bekas keberadaannya. Maka Allah membinasakan dan menghinakan mereka, menggagalkan usaha mereka, menyesatkan perbuatan mereka, serta mengembalikan mereka dengan kegagalan yag memalukan. Mereka adalah kaum Nasrani. Agama mereka pada saat itu lebih dekat dengan agama kaum Qurays, yaitu penyembah berhala.
Tetapi peristiwa tersebut termasuk tanda atau pendahuluan bagi diutusnya Rosulullah. Sebab menurut pendapat yang populer, pada tahun itu beliau dilahirkan. Secara tersirat, Allah mengatakan : Kami tidak menolong kalian untuk mengalahkan kaum Habsyi, wahai sekalian kaum Qurays, karena posisi kalian lebih baik dari mereka. Akan tetapi, kami menghancurkan mereka untuk Baitul Atiq (Ka’bah) yang akan senantiasa kami muliakan, agungkan serta hormati melalui pengutusan seorang nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Berikut ini kisah pasukan gajah yang disajikan secara singkat. Telah disampaikan sebelumnya, dalam kisah Ashabul Ukhdud (Orang-orang yang membuat parit), bahwa Dzu Nuwas yang merupakan raja terakhir kerajaan Khimyar, dia adalah seorang musyrik. Dialah yang membunuh Ashabul Ukhdud. Ashabul Ukhdud adalah orang-orang Nasrani yang jumlahnya mendekati 20.000 orang. Tidak ada yang selamat darinya kecuali Daus Dzu Tsa’laban. Kemudian Dawus pergi dan meminta pertolongan kepada raja Syam, yang juga penganut Nasrani. Dia menulis surat kepada Najasi (Raja Habasyah) karena keberadaan mereka yang lebih dekat dengan mereka. Dia mengutus Dawus yang didampingi oleh dua amir Aryath dan Abrahah bin Sabah Abu Yaksum disertai pasukan besar. Kemudian mereka masuk ke Yaman dan menyelinap ke rumah-rumah. Hingga akhirnya mereka mampu merebut kekuasaan Himyar dan Abu Nuwas pun akhirnya binasa, yaitu tenggelam di laut. Habasyah berhasil menundukkan Yaman dan dipimpin oleh dua amir, yaitu Aryath dan Abrahah. Kemudia kedua pemimpin itu berselisih dan akhirnya berperang. Salah satu dari keudanya berkata pada yang lain: “Sesungguhnya kita tidak perlu mengerahkan pasukan diantara kita, tetapi mari kita berhadapan satu lawan satu. Siapa yang berhasil, maka dia akan menjadi raja kerajaan Himyar. Keduanya pun bertarung. Masing-masing dari keduanya meninggalkan parit. Lalu Aryath menyerang Abrahah, kemudian dia menebas Abrahah sehingga hidungnya terpotong, mulutnya robek dan mulutnya terkoyak. Kemudian “Urudah” (pembantu Abrahah) ikut menyerang Aryath, lalu membunuhnya. Abrahah pun pulang dengan keadaan terluka. Dia kemudian mengobati lukanya, dan akhirnya sembuh serta melatih bala tentara Habasyah di Yaman. Kemudian Najasi menulis surat kepadanya yang isinya mencela apa yang telah dilakukannya seraya mengancam dan bersumpah akan menduduki negaranya dan menelungkupi ubun-ubunnya. Kemudian Abrahah mengirimkan utusan kepada Najasi untuk menyampai duka sambil berbasa-basi kepadanya. Bersama utusan tersebut, Abrahah mengrimkan hadiah dan sekantong tanah yaman. Semuanya itu dikirimkan bersamanya dan dia mengatakan dalam suratnya supaya raja menginjak kantong ini sehingga dia terbebas dari sumpah dan inilah ubun-ubunku, telah aku kirimkan bersamanya kepadamu. Ketika semua itu sampai kepadanya, dia sangat terheran dibuatnya dan merasa puas dengannya serta mengakui keberadaannya. Kemudian Abrahah mengirimkan utusan untuk mengtakan kepada Najasyi “Aku akan bangunkan untukmu sebuah gereja di Yaman yang belum pernah dibuat sebelumnya bangunan demikian. Lalu dia memulai pembangunan gereja di Sana’a, sebuah bangunan yang sangat tinggi serta pelataran yang tinggi pula, yang dihiasi semua sisinya. Bangsa arab menyebutnya Al-Qullays, karena bangunannya yang tinggi. Sebab orang yang melihatnya akan mengangkat kepalanya sehinggan Qalansuwah (peci) yag dikenakannya hampir jatuh dari kepalanya, karena tingginya gereja yang dibangun. Dan Abrahah Al-Asyram bertekad untuk memindahkan haji bangsa arab ke gereja tersebut sebagaimana mereka selama ini berhaji ke Ka’bah di Mekkah. Dan dia serukan akan hal itu di wilayah kekuasaannya, sehingga mengundang kebencian orang arab Adnan dan Qathan. Kaum Qurays benar-benar murka karenanya, sehingga sebagian mereka ada yang mendatangi gereja itu dan memasukinya pada malam hari serta menghancurkan isi di dalamnya, kemudian mereka kembali pulang. Ketika para penjaga mengetahui kejadian tersebut, mereka melaporkan kepada raja mereka. Abrahah seraya berkata “ Yang demikian itu dilakukan oleh beberapa orang Qurays yang marah karena rumah mereka (Baitullah) diserupakan dengan ini. Selanjutya Abrahah bersumpah menuju ke Mekkah dan akan menghancurkan Ka’bah berkeping-keping.
Muqothil bin sulaiman menyebutkan, bahwa ada sekelompok orang dari kaum Qurays yang memasuki gereja tersebut dan membakarnya. Pada saat itu, cuacanya memang panas sehingga gereja itu terbakar, runtuh dan rata dengan tanah. Kemudian Abrahah menyiapkan dan membawa pasukan yang banyak dan kuat agar tidak seorang pun yang mampu melawannya, yang disertai dengan seekor gajah yang sangat besar, sebelum ada gajah sebesar itu sebelumnya, yang diberi nama Mahmud. Di lain pihak, Najasi juga mengirimkan pasukan yang sama. Ada yang mengatakan bersama Abrahah delapan gajah, dan ada yang mengatakan dua belas gajah. Dengan tujuan menghancurkan ka’bah dan rencana mengikatkan rantai dipililar-pilar ka’bah dengan ditarik leher gajah, kemudian gajah-gajah itu digerakkan agar menjatuhkan bangunan ka’bah tersebut.
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ
Kita mulai dari ayat pertama. Pada ulasan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Al-Qur’an memakai kata تَرَ karena bentuk suatu hiburan dan semangat kepada Nabi Muhammad dalam berdakwah.
فَعَلَ digunakan untuk semua pekerjaan yang tanpa usaha. Beda dengan kata عَمَلَ digunakan untuk pekerjaan yang membutuhkan usaha. Kita terbiasa mengucapkan Amal Sholeh, bukan Fi’il Sholeh.
Apa kaitannya dengan pemakaiannya pada ayat di atas?. Ayat diatas menggunakan kata فَعَلَ karena peristiwa penyelamatan ka’bah yang Allah berikan kepada penduduk Mekkah adalah hal yang mudah bagi Allah. Itulah tannda dari sifat Allah Maha Kuasa, Agung dan Perkasa.
Kata selanjutnya yaitu pemakaian kata أَصْحَابِ, mengapa tidak أملاك atau yang lain yang maknanya “memiliki”. Kata أَصْحَابِ berarti “milik”, dan memiliki akar kata dengan “shahabat”. Jika kita ilustrsikan, katakanlah persahabatan antara Rosulullah dan Abu Bakar. Kita tentunya mengatakan Abu bakar adalah sahabat Rosulullah, bukan Rosulullah shahabat Abu Bakar. Karena derajat Abu Bakar lebih rendah dari Rosulullah.
Hal ini dinisbatkan kepada Abrahah dan para bala tentaranya selaku pimpinan kepada seekor gajah. Al-Qur’an merendahkan derajat Abrahah dan para bala tentaranya lebih rendah daripada gajah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.