Kajian Tibyan : Memuliakan Ahlul Qur’an dan Larangan untuk Menyakitinya

  • Seperti yang terdapat dalam firman Allah Ta’ala surah Al-Hajj ayat 32, Al-Hajj ayat 30, As-Syu’ara’ ayat 215, dan Al-Ahzab ayat 58.
  •  Termasuk sikap mengagungkan Allah Ta’ala adalah memuliakan Muslim yang lebih tua, memuliakan Penghafal Qur’an dengan semestinya (tidak terlalu berlebihan dan tidak terlalu mengabaikan, sesuai porsinya), dan memuliakan pemimpin yang adil.
  • Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk memposisikan manusia sesuai posisi/kedudukannya. Contohnya dengan menyambung tali silaturahim dengan sesama, tidak memandang dari segi strata sosial dan lain sebagainya.
  • Jika didapati dua orang meninggal dunia secara bersamaan, sedangkan salah satunya adalah yang paling banyak hafalannya, maka yang paling banyak hafalannya-lah yang didahulukan untuk ditempatkan di liang lahad.
  • Allah Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi bahwa barangsiapa yang menyakiti kekasih Allah (Waliyullah) sungguh ia telah menabuh genderang perang terhadap Allah Ta’ala.
  • Orang yang mengerjakan sholat shubuh maka berada dalam jaminan Allah Ta’ala.
  • Jika seorang Ulama’ bukanlah Waliyullah, maka Allah tak mempunyai seorang wali (kekasih). Ulama’ adalah orang yang sangat qosyyah kepada Allah.
  • Daging ulama itu beracun. Bagi orang yang berani memfitnah Ulama’ maka Allah Ta’ala akan jadikan orang tersebut mati hatinya sebelum mati jasadnya.

 

والله اعلم بالصواب

Sumber rujukan: Kitab Tibyan Fii Adabi Hamalatil Qur’an

Pemateri: Ust. Dr. Ahmad Muzakki, MA

Dirangkum oleh: Ermalia Dwi Nuryanti/18620045/Biologi

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.