HTQ Belajar dan Mengajar; Menyongsong Harlah HTQ.

Jamak diketahui, bahwa menurut sebuah hadits Nabi Saw: orang terbaik di antara kita adalah orang yang belajar serta mengajarkannya. Maksud dari hadits ini sangat jelas, untuk menjadi orang yang terbaik, unggul, sukses dan nomor satu adalah orang yang belajar Alquran, kemudian mengajarkannya. Keduanya merupakan satu kesatuan. Bila satu tidak ada maka orang itu masih belum menjadi yang terbaik. Sementara siapapun ingin menjadi yang terbaik.

HTQ adalah lembaga yang sangat peduli kepada Alquran. Alquran dipelajari, dihafal dan dipahami. Dengan beranggotakan mahasiswa yang notaben aktif di berbagai kegiatan, HTQ masih eksis dalam mengkaji Alquran. HTQ menjadi bagian dari orang yang disebut dalam hadits di atas sebgai orang yang mempelajari Alquran.

Melihat apa yang terjadi di HTQ saat ini, kiranya beberapa tahun ini bisa dikatakan sebagai masa-masa keemasan HTQ. Berbagai perhargaan, pujian, maupun prestasi telah diukir oleh HTQ. HTQ dengan segala upaya telah meraih apa yang diinginkan oleh “sang ayah” Pak rektor kita. HTQ yang dulu berawal dari gerakan satu-dua orang pecinta Alquran di kampus, dengan berbagai tantangan dan perjuangannya, sekarang telah menjadi kekuatan yang sangat dikagumi oleh orang dalam maupun luar kampus. Sehingga HTQ pantas mendapat perhargaan, pujian, maupun prestasi itu.

Pujian bagi anggota HTQ yang mampu menghafal Alquran misalnya, sudah puluhan kali hingga ratusan kali kita dengar. Banyak orang mengagumi kita sebagai Mahasiswa di tengah kesibukan kuliah yang demikian itu mampu menghafalkan Alquran dengan baik. Subhanallah. Tak luput juga datang berbagai penghargaan mulai dari penghargaan melalui ucapan sampai yang berupa materi yang tak terhitung nominalnya. Semua itu memang layak untuk kita –HTQ. Terbukti berbagai prestasi membaggakan kita ukir hingga membuat harum nama “ayah” kita.

Prestasi lain yang tak kalah luar biasa adalah anggota HTQ yang digadang-gadang menjadi mahasiswa ulul albab, yang sesuai dengan misi unggulan kampus, mampu mewujudkannya. Adalah mahasiswa dengan nilai IPK terbaik, hafal Alquran serta membuat skripsi dengan bahasa asing (arab-inggris). Itu pun bukan sekali, tapi telah berulang kali hampir menjadi tradisi di kampus UIN, atau di HTQ. Sungguh luar biasa.

Namun, —–nah ini-ni yang perlu kita evaluasi….. jika kita tengok kembali  hadits di atas, ternyata apa yang kita raih, yang kita saksikan ini masih dari (uji) hasil belajar kita selama ini. Dari implementasi hadits itu masih pada tataran awal. yakni belajar Alquran.

Artinya, ketika penghargaan datang untuk mahasiswa wisudawan akademik plus hafal 30 juz, itu adalah hasil jerih payah belajar Alquran dia selama kuliah mampu menghafal atau menjaga hafalannya. Atau ketika prestasi yang diukir oleh musabiqin dan musabiqot dari anggota HTQ yang ikut musabaqoh di tingkat kota hingga nasional, bukan lain adalah prestasi sebab mereka belajar melatih Alqurannya dengan berbagai keterampilan yang dilombakan di even musabaqoh. Baik tilawah, hifdzul, fahmul, tafsirul, kaligrafi dan cabang lomba Alquran yang lain, lagi-lagi prestasi itu wujud dari aplikasi pertama dalam hadits itu, yaitu belajar Alquran.

Nah, lantas kapan kita akan membuat prestasi berupa mengajarkan Alqur’an itu??. Selama yang penulis tahu, HTQ -atau sebelum 2009 bernama JQH, telah mendapat tantangan berprestasi di bidang mengajar Alquran. Kapan itu?. Yakni sejak tahun 2006 anggota JQH/HTQ dipercaya untuk menangani ta’lim Alquran di Mahad Sunan Ampel Al ‘Aly UIN Maliki. Anggota JQH/HTQ saat itu —-hingga saat ini, diharapkan dapat menularkan ilmunya untuk mahasantri baru di sana dengan ikut aktif dalam kegiatan ta’lim Alquran selama setahun.

Bagi kita yang masih sedikit pendalaman Alquran dan pengalaman mengajarkannya, sungguh hal yang berat dirasakan. Mengajar memang bukan hal yang mudah. Perlu berbagai ketajaman insting, naluri, emosional, inteligent dan spiritual (serta doa) bagi guru Alquran untuk dapat menjadikan seorang murid yang kita ajar bisa membaca Alquran. Apalagi memahami serta termotivasi untuk mengamalkannya. Hal itu sama susahnya dengan mendidik diri kita sendiri untuk belajar lagi dan lagi.

Terhitung sudah lima tahun kita ikut berkecimpung mengajar Alquran. Dengan berbagai upaya dan hasilnya tentu kita tahu seperti apa keberhasilan yang telah kita capai. Saya yakin ke depan akan kita usahakan lebih baik lagi memberikan dan mensyiarkan Alquran ini dari media yang telah ada (ta’lim Alquran). Harus dipahami: Keberhasilan dari mengajar itu tentu tidak tampak di depan mata seperti prestasi yang saya sebut di atas. Mendapat penghargaan atau pujian, misalnya. Keberhasilan itu akan terasa dalam hati dan kesadaran meski tak tampak di depan mata. Namun, paling tidak dimulai dengan niat baik untuk memperbaiki kinerja pengajaran Alquran kita, insyaalah prestasi kita akan terwujud secara sempurna. Sebagaimana hadits Nabi: sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya.

Untuk yang tak terlibat dalam ta’lim itu, masih banyak lahan mengajarkan Alquran. Masih terbuka lebar peluang menjadi yang terbaik. Semua anggota HTQ di manapun dan kapanpun ia berada bisa mengajarkan Alquran kepada siapapun. Paling tidak sesama teman anggota HTQ dapat saling mengingatkan dan berdiskusi tentang Alqur’an. Mudarosah, semaan, dan saling lempar pertanyaan untuk kefasihan bacaan, kelancaran hafalan, atau pemahaman Alquran. Hal ini perlu digerakkan dari masing-masing anggota, minimal sepasang dua orang. Dengan semangat belajar dan mengajarkan itu, barangkali hafalan dan pemahaman Alqurannya semakin mantab.

Ada yang mengatakan belajar dan mengajar itu erat kaitannya dengan kepedulian. Peduli terhadap diri sendiri, peduli terhadap orang lain. Peduli memperhatikan bacaannya sendiri ataupun bacaan orang lain. Peduli memperhatikan kekurangan-kelemahan hafalan sendiri, juga memperhatikan hafalan orang lain. Dengan rasa peduli itu akan diketahui kekurangan dan kelebihannya . Tanpa itu, bukan dikatakan belajar dan mengajar.

Semoga dalam momen Romadlon ini ——–menjelang hari jadi JQH/HTQ, 17 romadlon mendatang—kita semakin tahu apa tujuan yang akan kita capai ke depannya. Mari kita sempurnakan prestasi kita dengan belajar dan mengajarkan Alquran.

Dan Selamat ultah HTQ. Semoga HTQ semakin terdepan, yang lain makin ketinggalan.

Singosari, 02 Ramadlan 1432.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.