Setuju ataupun tidak HTQ ini telah menjadi bagian dari strategi visi-misi UIN Maliki yang dikomandani oleh our father, pak Imam Suprayugo. Oleh karenanya konsep apapun yang diungkapkan oleh beliau, kita katut di dalamnya. Termasuk tentang kultum beliau beberapa hari lalu. Bahwa siapapun orang yang terlibat di dalam kampus ini hendaknya memiliki tiga hal yang harus ada dalam dirinya masing-masing.
Tiga hal ini diambil dari kosep yang tertuang dalam Alquran: halalan, thoyyiban dan mubarokan. Nah, sekarang bagaimana mengadaptasikan konsep itu sehingga pas dan sejalan dengan thoriqohnya HTQ. Di sini bisa saya katakan dengan 3 in 1. Tiga hal yang harus dimiliki oleh setiap anggota HTQ yang noteben pecinta, penghafal dan pengamal Alquran.
Pertama, halalan. hampir semua penghuni kampus UIN Maliki mengenal yang namanya HTQ. Tentu tidak hanya mengenal nama saja. Tapi paling tidak semua tahu bahwa di dalamnya terdapat kumpulan orang-orang penghafal Alquran. Dari tahunya itu, bagi yang berminat bergabung ingin belajar ilmu, memahami dan menghafal Alquran maka siapapun boleh masuk dalam kumpulan HTQ. Minat ini didorong oleh kesamaan orientasi maupun hoby.
Halalan berarti siapapun yang merasa ingin belajar Alquran maka boleh atau halal masuk HTQ. Jika kemudian telah diterima masuk HTQ, dia juga halal mengikuti kegiatan apapun yang diselenggarakan oleh HTQ. Namun jiwa halalan ini masih bersifat pribadi. Masing-masing tergerak untuk ikut aktif dalam setiap season secara pribadi dan untuk kepentingan pribadi. Oleh karena itu dibutuhkan jiwa yang kedua.
Kedua, thoyyiban. Artinya bahwa setiap anggota tidak hanya melakukan hal-hal yang halal yang ada di HTQ, tapi juga yang baik, yang sesuai, yang mendukung program, juga yang memiliki proyeksi ke depan. Dalam aturan main di HTQ, setiap anggota wajib mengikuti mudarrosah. Selain itu mereka diberi fasilitas untuk mengembangkan keterampilannya yang berhubungan dengan Alquran. Mulai dari seni Alquran maupun pemahaman ilmu dan tafsir Alqur’an.
Fasilitas yang ada itu hendaknya dimanfaatkan oleh setiap anggota. Masing-masing anggota yang kebetulan memiliki kesamaan kecenderungan mengkaji tafsir, maka disarankan untuk aktif melakukan dialog mengenai bidang itu. Demikian juga dengan ilmu Alquran dan seni Alquran. Bagi pecinta seni olah vocal, tilawah, kaligrafi, dan seni yang lain diharapkan ikut meramaiakan aktifitas di dalam HTQ. Thoyyiban berarti anggota mampu menempatkan diri , menemukan komunitasnya dan mengembangkan bakatnya yang sesuai dengan bidangnya. Dengan jiwa thoyyiban ini mulai bergerak tidak sendirian. Tapi berjalan bersama dengan anggota yang lain.
Ketiga, mubarokan. kedua konsep di atas akan lebih sempurna tatkala anggota HTQ mengamalkan mubarokan. Bagaimana kemampuan yang telah didapat oleh anggota di HTQ ini dapat dirasakan oleh orang lain. Dapat dimanfaatkan atau dengan arti barokah kepada orang lain. Orang lain tentunya orang selain HTQ. Baik orang lain yang bukan anggota HTQ tapi juga warga kampus, maupun orang lain di luar kampus. Apa yang diperoleh —-mengutip pernyataan our father– akan dirasa berhasil, bilamana telah bermanfaat kepada orang lain, barokah kepada yang lain.
Barangkali konsep 3 in 1 sejauh ini sebenarnya sudah dipraktekkan di HTQ pada divisi masing-masing meski dengan skala kecil. semoga kedepannya dapat ditingkatkan. Dengan modal kesadaran betapa mulianya Alquran yang ada di dalam organisasi ini, semoga kedepan akan semakin tumbuh kesadaran akan pentingnya mengamalkan tiga konsep di atas.
Dalam momen milad HTQ tahun ini, semoga menjadi batu pijakan untuk dapat melompat yang lebih tinggi lagi setelah beberapa lompatan spektakuler JQH ke HTQ beberapa tahun terakhir. Bahkan harapan bersama tentu menginginkan lompatan yang akan menjadikan HTQ semakin ke atas seperti pendaki gunung. Bukan lompatan seperti orang di papan lompat kolam renang. dan kelak pada kisah selanjutnya, alumni HTQ telah mampu menjadi manusia unggul -Ulul Albab- yang sesuai dengan cita-cita kampus UIN Maliki tercinta ini.
Akhirnya, detik ini HTQ telah berusia Sembilan tahun. Semoga semakin dewasa. Semoga semakin jaya.
Singosari, 17 Romadlon 1432.