Pernahkah anda bermain game dengan menata balok yang bermacam-macam bentuknya menjadi suatu dinding ? Ya, game Tetris namanya. Saat kita bermain game Tetris, kita membayangkan bagaimana jika sebuah bentuk itu diputar-putar atau dirotasikan sehingga cocok untuk mengisi celah dinding yang belum sempurna. Dalam psikologi kognitif, proses tersebut dikenal dengan istilah mental imagery yang biasa kita sebut dengan perumpaan atau pembayangan. Saat kita membayangkan tentang masjid, itu akan lebih mudah daripada kita membayangkan tentang konsekuensi. Karena masjid lebih mudah divisualkan daripada konsekusensi. Imagery secara singkat adalah membayangkan objek. Terdapat tiga teori yang berbeda terkait bagaimana informasi disimpan dalam memori, tiga teori tersebut meliputi:
- Hipotesis penyandian ganda, informasi dapat disandikan dan disimpan dalam satu atau kedua sistem (verbal dan imajinal).
- Hipotesis proposional-konseptual, informasi visual dan verbal dipresentasikan dalam bentuk proposisi-proposisi abstrak mengenai objek, peristiwa, dan hubungan antara objek-peristiwa tersebut, secara spesifik.
- Hipotesis ekuivalensi-fungsional, imagery dan persepsi melibatkan proses-proses yang serupa satu sama lain antara imagery dan persepsi.
Sebuah contoh ketika kita diberitahu teman kita bahwa ada sebuah mobil melaju dengan cepat kemudian berbelok ke kiri secara mendadak. Saat itu kita membayangkan bagaimana mobil itu bentuknya hingga kondisinya, kecepatan laju mobil serta bagaimana mobil itu berbelok secara mendadak. Itulah proses pengolahan informasi yang kita bayangkan secara mental.
Al-Qur’an juga memberikan contoh berbagai bentuk mental imagery seperti yang ada pada beberapa ayat yang tersebar di berbagai surat. Ada berbagai macam benda-benda yang dicontohkan sebagai objek dari perumpamaan atau pembayangan tersebut. Salah satu contohnya yakni dalam surat At-Takwir ayat 1 sampai 9, yang terjemahannya sebagai berikut :
“(1).Apabila matahari digulung. (2).Dan apabila bintang-bintang berjatuhan. (3).Dan apabila gunung-gunung dihancurkan. (4).Dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan). (5). Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan. (6).Dan apabila lautan dijadikan meluap. (7).Dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh). (8).Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, (9).Karena dosa apakah dia dibunuh… “.
Cuplikan ayat tersebut merupakan sebuah contoh imagery tingkat tinggi yang sangat sulit untuk kita bayangkan kejadiannya. Bayangkan, bagaimana jadinya bila matahari yang amat besar dari semua planet di galaksi Bimasakti dan panasnya terasa dari dulu jauh sebelum keluarga kita lahir hingga kita meninggalkan banyak keturunan keluarga baru itu digulung layaknya kue onde-onde ? Bagaimana jadinya alam ini jika bintang-bintang yang walaupun keliahatan kecil bersinar di malam hari dari bumi namun besarnya amat jauh melebihi matahari seketika berjatuhan menimpa kita ? Apa jadinya para manusia yang terlalu kecil jika dilihat dari dataran tinggi atau gunung ? Akan jadi apa bumi yang sangatlah kecil jika dibandingkan dengan matahari ini ? Apakah kita bisa menjawab dan membayangkan bahkan merasakan jika hal itu benar akan terjadi ? Amatlah mengerikan jadinya jika hal itu nyata menimpa kita. Maha Suci Allah atas segala kehendakNya.
Nah, coba kita bayangkan bagaimana jika hal seperti yang ada di surat Al-Insaan ini nyata jadinya dan kita rasakan:
“(12). Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera, (13). di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan. (14). Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. (15). Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca, (16). (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. (17). Di dalam syurga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (18). (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil. (19). Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan. (20). Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.”.
Subhanallah, sangat indah sekali membayangkan itu semua menjadi nyata. Bagaimana rasanya jika kita tak mengenal kesedihan, kesakitan, kesengsaraan, atau semacamnya. Bagaimana rasanya dikelilingi para pelayan muda yang tetap awet muda ? Apa yang kita rasakan saat disajikan air minum yang segar langsung dari mata air dengan tempat yang amat mewah dan buah-buahan yang pohonnya merindangi serta buah-buahan yang dimudahkan untuk memetiknya langsung dari pepohonan tersebut, bertelekan di atas tempat yang mewah dengan pakaian sutera, tanpa tersengat panasnya matahari dan kedinginan yang merintangi ? Puji keagungan Allah SWT. atas segala nikmat yang telah diberikanNya.
Benar saja para ulama terdahulu ketika membaca al-qur’an dengan penuh konsentrasi dan merenungi (khusyu’ dan tadabbur), kondisi mereka terbawa dengan ayat-ayat tersebut. Mereka menangis karena teharu dan bahagia atas segala nikmatnya ataupun menangis karena ketakutan yang sangat akan azab dan siksa yang amat pedih. Sujud mereka tak henti-hentinya sepanjang malam untuk benar-benar menghayati ayat demi ayat dari kitab suci Al-Qur’an. Subhanallah Begitu luar biasa mukjizat Al-Qur’an. Firman Allah yang artinya :
“(107). Katakanlah: “Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, (108). dan mereka berkata: “Maha suci Tuhan Kami, Sesungguhnya janji Tuhan Kami pasti dipenuhi”. (109). dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.
Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (QS.Al-ankabut:43)