Tetap bersyukur bahwa aku ada walau dengan tipikal ‘agak’ semaunya sendiri. Semoga sikap ini berubah seiring berjalannya detik. Siang itu tidak cukup terik namun tak pula mendung. Aku beranikan diri kembali melangkah kaki dengan temanku farika untuk mendaftar sekolah tahfidz HTQ. Ya, setelah setengah tahun nihil tak pernah mengunjunginya.
Masuk pintunya saja hati sudah berdebar tak karuan, tau persis kesalahan fatal apa yang telah kulakukan. Setelah mengisi formulir daftar ulang, kami duduk depan ustadz setor hafalan kami dulu. Sapa dan intonasi beliau ternyata tak seseram yang aku bayangkan. Tidak banyak membahas hilangnya kami setengah tahun silam namun lebih menekankan pada bagaimana perbaikan yang akan kami lakukan kedepan. Bagaimana dengan hitungan matematika hafalan kami selesai tepat ketika kami wisuda S1, namun aku berharap semoga matematika Allah lah yang lebih memberkahi perjalanan kami.
Banyak yang punya keinginan tapi hanya secuil saja yang memperoleh kesempatan. Sekarang ada kemauan ada kesempatan tapi besok belum tentu. Setelah lulus nanti, apa menjamin akan menghafal al-Quran jika terbentur pekerjaan, keluarga dan lain sebagainya?? Selagi ada kemauan dan kesempatan ambillah, demi mencegah penyesalan dihari esok. Kurang lebih seperti itu wejangan yang aku dapati. Semoga kesempatan yang ada selalu diiringi realisasi kemauan. Semoga berkah, semoga istiqomah.
Malang, 21 02 2015
Afini Hidayah