Kajian Fadhoilul Qur’an 5 (Para Penghafal AL-Qur’an)

hafizh qur'an

Assalamualaikum gus dan ning
Materi kita kali ini seputar menghafal Al- Qur’an, semoga ulasan kali ini bisa semakin memotivasi kita untuk berbaju besi dan berperisai baja dalam memerangi kemalasan yang selalu iringi hari kita,juga membantu dalam memperbaiki diri dan menambah taqorrub kita kepada Allah penguasa hati setiap manusia, agar kita senantiasa mendapat ridlo dan hidayahnya selalu.
Selamat membaca..
Rasul bersabda: bahwa ada 4 sahabat rasul yang menghafal Al- Qur’an dari golongan Anshor yaitu ubai bin ka’ab, mu’adz bin jabal, zaid bin tsabit dan abu zaid am anas dari 20.000 sahabat yang ada pada waktu itu. Sedangkan sahabat muhajirin lebih banyak yang menghafalkan Al- Quran, seperti Abu bakar as- shiddiq yang menghafalkan Al- Qur’an disaat nabi masih hidup bahkan beliau juga membangun masjid dihalaman rumahnya sebagai tempat beliau membaca Al- Qur’an dan menghafalkannya karena begitu kuat keinginan beliau untuk selalu mendengarkan bacaan Nabi dan kosongnya hati beliau tanpa Al- Qur’an, sedang Ali bin abi tholib menyusun Al- Qur’an sesuai dengan saat diturunkannya setelah wafatnya Nabi, sedang Umar bin hattab, Usman bin affan, Hudzaifah (فضائل : ( ۳۵
Diceritakan bahwa Abdullah ibnu mas’ud merupakan seorang penghafal Al- Qur’an dan sangat menjaga ingatannya, Rasul bersabda: demi Allah yang tiada tuhan selain dia, tidak ada satu surat pun dalam Al- Qur’an yang tidak aku ketahui dimana surat itu diturunkan, atau karena apa surat itu diturunkan, dan andai saja hanya ada seorang saja yang mengetahui tentang diturunkannya suatu surat atau ayat dari pada aku dan aku bisa menemuinya hanya dengan menunggangi unta maka aku akan menunggangi nya.
Dalam suatu riwayat Rasul bersabda: barang siapa yang mencintai Al- Qur’an hendaklah ia membacanya seperti bacaan Ibnu Ummi Abdin, yang dia membaca dengan hati, pendengaran dan pengelihatan yang tajam ketika membaca Al- Qur’an dan sangat menjaga batasan- batasan dalam menjaga tajwid Al- Qur’an.
Abu yazid al- busthomi berkata sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasul SAW: barang siapa yang mati dalam keadaan ia telah menghafalkan Al- Qur’an, memahami dan mengamalkannya maka Allah akan meringankn dosa kedua orang tuanya walaupun mereka adalah orang- oang yang musyrik. Dalam firmannya Allah berfirman:
ثم أورثنا الكتاب الذين اصطفينا من عبادنا
Dan yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah, Al- Qur’an merupakan warisan Allah bagi seluruh umat manusia tidak ada penghususan bagi seseorang yang menghafalkan 30 juz secara sempurna, namun keterangan disitu mencakup orang yang menghafal satu juz, satu ayat bahkan walaupun itu ayat dalam surat al- fatihah saja. Ayat ini juga dijelaskan dalam ta’wilnya bahwa yang dimaksud dengan kata (mirots/ warisan) adalah bagi orang- orang yang memiliki nasab dan sebab- sebab yang baik, jika tidak maka tidak ada warisan bagi mereka, dan yang dimaksud dengan sebab disini adalah ketaatan, sedang nasab disini adalah keutamaan Allah.
Barang siapa yang yang mempunyai niatan untuk menghafalkan Al- Qur’an maka baginya satu pahala walaupun belum sempurna hafalannya dan hanya berniat saja, dan dia mendapat dua pahala ketika dia juga bersungguh- sungguh dalam menghafalkan Al- Qur’an, sebagaimana sabda Rosulullah: niat seorang mukmin itu lebih baik dari pada perbuatannya, sedang niatan orang fasiq itu lebih buruk dari perbuatannya. Hal ini Karena niat itu merupakan pondasi awal dari suatu perbuatan, dan pondasi yang baik bersama orang yang baik maka hasil itu akan baik, sedangkan pondasi yang buruk bersama orang yang buruk maka hasilnya pun akan buruk, dan barang siapa yang menghafalkan Al- Qur’an sebelum sempurna hafalannya maka ia mendapatkan pahala laksana seseorang yang melaksanakan haji dengan dua kali haji, maka sesungguhnya Allah Maha Berkehendak untuk sempurnakan hafalannya dengan pengan perantara yang diutus oleh Allah.
Dan ada hari dimana Allah mengutus malaikat untuk membacakan, memberi tahu dan mengajari Al- Qur’an pada seseorang di dalam kubur, yaitu pada orang- orang yang meninggal dipertengahan masa jihadnya dalam menuntut ilmu sehingga ia bisa tetap memiliki pemahaman yang sempurna, sebagaimana sabdah Rasul:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من مات في طلب العلم بعث الله في قبره ملكين يعلمانه علم المعرفة من قبره عالما وعارفا
Dan yang dimaksud dengan lafadz malaikat adalah ruh para Nabi dan kekasih Allah.
Hasan al- basri berkata seorang muslim yang mati dalam keadaan mempunyai niatan atau keinginan untuk menghafal Al- Qur’an sedang dia tidak menghafalkannya maka Allah akan memerintahkan orang yang sudah hafal Al- Qur’an untuk mengajarinya/ membimbingnya dalam kubur sehingga dia dibangkitkan darikubur bersama para pencinta Al- Qur’an.
Diceritakan oleh Ibnu Mundah, dari Thalhah bin Abdillah R.A berkata : Ketika aku melewati hutan pada malam hari, aku melihat kuburan Abdullah bin Umar bin Hazam. Aku mendengar bacaan Al-Quran dari kuburannya tersebut. Aku tidak pernah mendengar bacaan Al-Quran yang sebagus dia. Maka aku menyampaikan hal itu kepada Rosulullah. Beliau bersabda: Itu Abdullah. Tidakkah engkau tahu bahwa Allah menggenggam arwah-arwah mereka (orang-orang meninggal) dan meletakannya di lampu gantung dari permata dan yaqut, kemudian menggantungnya di tengah-tengah surga. Ketika malam, arwah mereka kembali kepada mereka. Dan apabila fajar terbit, arwah-arwah mereka kembali ke lampu gantung dari permata dan yaqut tersebut.
Abu Na’im menceritakan dalam sanadnya : Ada orang-orang yang bercerita kepadaku. Mereka pernah melewati suatu ladang yang terdapa kuburan Tsabit Al-Bannani. Mereka berkata: kami pernah mendengar bacaan Al-Qura n kuburan tersebut. Ibnu Jabir berkata : Saya dan Humaid pernah masuk ke liang lahadnya ketika beliau wafat. Ketika kami meratakan tanah kuburannya, kami melihat Tsabit sedang shalat di kuburannya. Aku berkata kepada temanku (Humaid) : Kamu lihat itu? Dia berkata : Diamlah. Ketika kami selesai meratakan tanah kuburannya, kami mendatangi anak Tsabit. Kami berkata : Apa amal keseharian Tsabit ? dia (putrinya) bertanya : apa yang kalian lihat ? Kamipun menceritakan kejadian tadi. Dia berkata : dia sering shalat malam sebanyak lima puluh rakaat, dan ketika menjelang waktu subuh, dia berdoa : Ya Allah, jika Engkau memberikan karunia kepada orang meninggal untuk shalat di dalam kuburannya, maka berikanlah karunia tersebut kepadaku. Maka Allah mengabulkan permintaannya tersebut.
Al-Hafidz berkata, aku pernah melihat Abu Bakar bi Mujahid Al-Muqri’ dalam mimpiku, dia sedang membaca Al-Quran. Maka aku berkata kepadanya : Engkau sudah maninggal, tetapi mengapa masih bisa membaca Al-Quran? dia menjawab : Aku berdoa kepada Allah di setiap selesai shalatku dan setiap kali aku hatam al-Quran agar Allah menjadikanku termasuk orang yang membaca Al-Quran di kuburanku, dan Allah mengabulkan hal tersebut.
Abdullah berkta :
أسأل الله العظيم وبجاه حبيبه الكريم أن يجعلني من المصلين والقارئين والمتعبدين في قبورهم، إنه سميع الدعاء
“Aku meminta kepada Allah yang Maha Agung dan dengan kehormatan Kekasihnya yang mulia (Nabi Muhammad ) agar menjadikanku termasuk orang-orang yang shalat, membaca Al-Quran dan beribadah di kuburan mereka, sesungguhnya Dia Maha Mendengarkan doa.

Malang, 26 Maret 2015

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.